FILSAFAT DALAM KEHIDUPANOleh Melati Indah Suci, 160xxxxxx
Judul : “Filsafat”
Pengarang : Dr. Fristian Hadinata
Data Publikasi : Buku
I MPKT A. Depok: Universitas Indonesia, 14
( Sumber : https://www.satujam.com/sumber-filsafat/ )
Perkembangan zaman telah menuntut berbagai aspek
kehidupan untuk semakin maju dan berkembang. Dengan majunya perkembangan zaman
saat ini manusia semakin didorong untuk terus berkembang dengan bekal akal
fikir yang kritis dan sistematis. Terutama dalam bidang ilmu pengetahuan,
peneliti telah menemukan beragam penemuan baru dalam teknologi maupun
pengetahuan. Cara berfikir manusia cenderung berbeda satu dengan yang lainnya,
hal ini didasarkan pada pola fikir dan sudut pandang manusia terhadap
permasalahan atau pertanyaan yang dicermati. Perbedaan tersebut akan
memunculkan berbagai tanggapan antara setuju atau tidak setuju, dan benar
ataupun tidak benar, tergantung kepada konsep dan kepercayaan apa yang dianut
oleh manusia tersebut.
Kaitan antara filsafat dan ilmu pengetahuan terletak
pada bagaimana cara manusia memandang suatu permasalahan dengan berfikir kritis
dan menganalisis permasalahan tersebut. Salah satu cara yang tepat melalui
metode dari pengetahuan yang dimiliki, dengan begitu manusia dapat
mengimplementasikannya melalui sejumlah argumen yang dapat dikemukakan oleh manusia
tersebut. Beberapa cara yang dilakukan tersebut merupakan cara untuk
mempelajari tentang ilmu filsafat, yaitu ilmu yang penerapannya dengan cara
mengkaji ulang setiap pernyataan atau masalah, dan menganalisisnya untuk
menemukan suatu kebenaran. Pada dasarnya, kebenaran yang ditemukan manusia
semuanya bersifat sementara, tidak pernah merupakan kebenaran mutlak yang
abadi. Kajian ini juga berkaitan dengan penggunaan dan manfaat ilmu
pengetahuan, serta pernyataan yang dapat menyatakan apakah analisis ilmiah
benar-benar menghasilkan kebenaran yang sesungguhnya.
Filsafat seringkali dikatakan sebagai suatu studi yang
tidak punya relevansi dengan kehidupan sehari‐hari.
Peran filsafat ternyata ada pada kehidupan sehari-hari, tanpa disadari setiap
manusia pasti memiliki kepercayaan filosofis tertentu. Misalnya, kepercayaan
yang memiliki konsep bahwa Tuhan itu ada, dan menganut kepercayaan bahwa
kejujuran haruslah dipertahankan tanpa memperhitungkan konsekuensinya. Namun
dapat dikatakan juga bahwa filsafat dapat digunakan manusia untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
Filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia
untuk memahami segala wujud kenyataan secara kritis, radikal, dan sistematisl.
Kritis dalam filsafat berarti terbuka pada segala suatu kemungkinan yang baru,
memilah dan memberi penilaian terhadap kemungkinan tersebut. Radikal dalam
filsafat berarti mengajukan penjelasan dan pemahaman yang mendalam, dengan
begitu seseorang dapat memahami persoalan sampai pada akar-akarnya. Sistematis
dalam filsafat adalah upaya untuk memahami sesuatu dengan menurut aturan
tertentu, runtut dan bertahap, serta hasilnya mengikuti suatu aturan tertentu.
Dengan begitu, seseorang akan terus menerus berkembang dan bertambah
pengetahuannya dengan berfikir secara filosofis.
Filsafat kerap kali didefinisikan sebagai induk dari
ilmu pengetahuan (mother of science) yang merupakan perkembangan lanjut dari
filsafat. Filsafat kini berfungsi sebagai disiplin lapis kedua (second‐order discipline) yang tidak lagi menyelidiki realitas
secara menyeluruh melainkan sebagai peralatan analitik untuk memeriksa
penyelidikan rasional ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pertanyaan yang lebih
fundamental seperti “Mengapa semuanya ada?” melampaui kemampuan ilmu
pengetahuan untuk memberikan sebuah jawaban.
Filsafat terbagi menjadi cabang-cabang yang memiliki
objek kajian khusus. Setiap cabang filsafat memiliki hubungan yang sangat
berkaitan erat dan pembagiannya bertujuan untuk mempermudah kita dalam mengkaji
filsafat. Terdapat tiga cabang kajian fisafat berdasarkan sistematika
permasalahannya, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
- Ontologi. Studi filosofis yang mengkaji tentang suatu keberadaan, eksistensi, dan realitas. Dalam pegertian itu ontologi dibedakan dengan metafisika atau kajian tentang realitas yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena obyek itu melampaui sesuatu yang bersifat fisik. Secara fisikal, itu tidak tampak namun tetap bisa dijadikan kajian konseptual seperti jiwa, Tuhan, dan sebagainya.
- Epistemologi. Studi filosofis yang mengkaji hakikat dan mencakup ruang lingkup pengetahuan.
- Aksiologi. Studi filosofis yang mengkaji tentang nilai-nilai dalam etika atau perilaku yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika (kebaikan perilaku) dan estetika (nilai-nilai keindahan atas realitas).
Fitur
utama dari filsafat adalah mengevaluasi argumentasi‐argumentasi (evaluating
arguments). Pemahaman ini dapat dicapai dengan terus‐menerus bersedia
mengajukan pertanyaan dan memperdebatkan ide yang kita miliki mengenai keduanya (Donald, 2006). Artinya,
argumentasi menjadi dasar yang lengkap dari sebuah proses penalaran dan berbeda
dengan sebuah eksplanasi. Menurut Baggini dan Fosl, aturan umum untuk
membedakan keduanya adalah agumentasi merupakan upayan untuk mendemonstrasikan
bahwa (that) sesuatu itu benar, sedang eksplanasi merupakan sebuah upaya untuk
menunjukkan bagaimana (how) sesuatu itu benar.
Berpikir secara filosofis dapat sangat menyenangkan jika kita
mencermatinya dengan kebijakan, tetapi hal itu juga dapat sangat menganggu.
Ketika kita mulai berpikir secara filosofis itu berarti kita berpikir tanpa
menggunakan sebuah jaring pengaman dan pijakan kokoh. Namun dengan berpikir secara filosofis dapat memicu pemahaman
kita untuk lebih mendalam dan mendasar. Seseorang juga dapat memperoleh
kemampuan menganalisis, berpikir kritis dan logis sehingga ia mampu juga
berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis juga membuat orang
dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin
secara tertata. Sehingga seseorang dapat terus menerus menambah pengetahuannya.
Di sisi lain, berpikir filosofis juga memberikan kesadaran mengenai
keterbatasan pengetahuannya, masih banyaknya hal yang belum diketahui membuat
orang menjadi rendah hati, terbuka, dan siap untuk memperbaiki
pengetahuannya. Dengan demikian, berpikir filosofis merupakan satu cara untuk
membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatan‐kekuatan yang dikandungnya. Filsafat menjadi sebuah alasan untuk jawaban
atas pertanyaan analitik yang menyeluruh dan melampaui ilmu pengetahuan, hal
ini didasarkan pada filsafat yang sangat berhubungan dengan makna dan konsep.
Artinya, filsafat hadir dengan ilmu yang mengkaji pemahaman khusus diluar dari
ilmu pengetahuan yang dapat diteliti secara realitas dengan berbagai penelitian
nyata, filsafat mendorong seseorang untuk berpikir lebih dalam, menganalisa suatu pertanyaan
atau permasalahan yang dikaji secara berulang-ulang, serta menghubungkan serangkaian
gagasan untuk memperkuat dan meyakini atas pengetahuan baru melalui argumentasi
yang telah dikemukakan. Dengan begitu, pengetahuan baru akan semakin berkembang
dan bertambah secara tertata oleh kajian-kajian yang dilakukan dari sebuah
evaluasi pengetahuan lama. Dalam memahami literatur filsafat, kita dilatih untuk
berpikir secara luas dan menyeluruh. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa berfikir secara filosofis merupakan salah satu cara untuk
membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan kekuatan-kekuatan yang
dikandungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar