Halaman

Senin, 20 Februari 2017

Keberadaan Karakter sebagai Kekuatan

Membentuk Kekuatan KarakterOleh Melati Indah Suci, 160xxxxxxx


Judul: “Kekuatan dan Keutamaan Karakter
Pengarang: Dr. Bagus Takwin dan Dra. Wuri Prasetyawati, M.Psi
Data Publikasi: Buku I MPKT A. Depok: Universitas Indonesia


( Sumber : http://litbang.kemendagri.go.id/website/pendidikan-karakter-tumbuhkan-jiwa-peneliti/ )



Karakter merupakan salah satu komponen terpenting bagi kehidupan setiap manusia dalam menjalani dan menghadapi kehidupan. Dalam berbagai kejadian yang ada selalu ditinjau dari sudut pandang karakter untuk menilai layak atau tidaknya fenomena tersebut terjadi. Pembentukan karakter juga mempengaruhi kemajuan dan pembangunan suatu bangsa. Bung Hatta (1932/1988) sudah menekankan pentingnya pembentukan karakter bersama dengan pembangunan rasa kebangsaan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan. Pembentukan karakter juga merupakan isu penting dalam mengingat tujuan pendidikan adalah pembentukan watak atau karakter (Santoso, 2012). Maka dari itu, pembentukan karakter menjadi hal yang tidak dapat diabaikan keberadaannya dalam dunia pendidikan.

Pembentukan karakter perlu diperhatikan sebagai hal yang sangat melekat dengan diri pribadi setiap manusia. Hal tersebut juga merupakan nilai-nilai eksternal yang semula berasal dari lingkungan yang menjadi bagian dari kepribadiannya. Karakter berbeda dengan kepribadian meskipun istilah tersebut saling berkaitan erat. Manusia memiliki cara tersendiri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara unik. Dengan keunikan itu sendiri yang menimbulkan munculnya perbedaan pada diri setiap manusia.

Karakter dapat diperoleh dari serangkaian perjalanan kehidupan yang dibentuk melalui pendidikan yang ia tempuh, pengalaman yang didapati, percobaan yang dilakukan, pengorbanan atas sesuatu yang ia hadapi, dan pengaruh eksternal (lingkungan) yang melandasi sikap dari tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, dasar-dasar nilai yang mempengaruhi terbentuknya sebuah karakter sangat perlu diperhatikan dan dikawal lebih lanjut, karenanya hal tersebutlah yang dapat menunjukan manusia seutuhnya. Peterson dan Seligman (2004) menekankan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya. Tentu dalam kehidupan manusia tidak terlepas dengan sebuah permasalahan ataupun persoalan hidup yang dihadapi dan dijalaninya. Disini sebuah karakter dapat terlihat dengan bagaimana ia dapat mengontrol rasa emosional dan mengatasi konflik yang ada dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki jika dibandingkan memusatkan perhatian pada kelemahan yang manusia miliki. Sehingga karakter dapat terbentuk seiring dengan nilai moral yang berkembang setiap saat dalam hidupnya.

Manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki kekuatan dapat dikembangkan dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Kekuatan karakter yang sebagaimana telah dimiliki oleh setiap orang, jika ditinjau dari sisi kehidupan mengandung nilai moral dan ketegaran seseorang dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang dihadapinya. Karakter berperan penting dalam hal ini, seperti bagaimana ia akan menghadapi berbagai situasi kehidupan yang akan dialaminya.

Karakter terbagi atas kekuatan dan keutamaan yang membentuknya (Peterson dan Seligman, 2004). Kekuatan yang dimiliki dalam sebuah karakter tentunya melalui serangkaian peristiwa, proses pelatihan dan peneladanan yang membuat keberadaannya kian mengikat dalam diri.  Pendidikan pada intinya memiliki andil yang cukup besar dalam proses pembentukan sebuah karakter yang kuat.

Identifikasi dari keutamaan karakter akan terlihat pada pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respon secara umum yang ditimbulkan dari orang tersebut. Peterson dan Seligman (2004) telah mengembangkan klasifikasi keutamaan secara universal dan juga mencakup karakter-karakter yang kuat. Artinya, karakter yang telah terindentifikasi memiliki kekuatan pada ciri utama yang merupakan keunggulan manusia. Disini bakat dan kemampuan dibedakan sebagai kekuatan karakter  yang mencakup ciri keutamaan tersebut. Selain itu, kondisi situasional turut serta dalam memunculkan atau menyurutkan kekuatan-kekuatan itu, dengan melalui serangkaian pelatihan yang membuat kekuatan karakter tersebut berkembang, serta kekuatan internal maupun eksternal yang menghasilkan hal positif bagi dirinya sendiri.

Perbedaan dari keutamaan, kekuatan, dan kondisi situasional berguna untuk pengenalan dan pendidikan karakter. Hubungannya bersifat saling berkaitan erat, cara mengenali keutamaan berbeda dengan cara mengenali kekuatan karakter, juga berbeda dengan cara mengenali kondisi situasional. Jika ditinjau dari perilaku, kita terlebih dahulu akan mengenal kondisi situasional dari karakter. Ketika seseorang memperlihatkan sikap dalam situasi tertentu, kita dengan mudah akan mengenali kondisi situasional tertentu dari karakter, tetapi belum dapat disimpulkan bahwa orang tersebut memiliki kekuatan tertentu. Cara mengenali dan memastikan kekuatan apa yang dimiliki orang tersebut adalah melihat bahwa orang tersebut juga memperlihatkan sikap sesuai dengan kondisi situasional tertentu dalam beberapa situasi. Kemudian, jika dalam berbagai situasi dan dengan rentang waktu yang relatif lama seseorang menunjukan berbagai kekuatan tertentu dengan konsisten maka kita dapat mengenali keutamaan orang tersebut.

Kekuatan karakter memiliki akar psiko-sosial dan aktualitasnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial (Peterson dan Seligman, 2004). Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, sebuah proses yang mendefinisikan dari keutamaan. Kecerdasan sosial termasuk dalam kekuatan intrapersonal yang dimiliki orang tersebut, mereka dapat mengembangkan dirinya sekaligus mengembangkan diri orang lain. Kondisi sosial sangat mempengaruhi kekuatan yang dimiliki seseorang, dengan kata lain kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pembentukan karakter yang kuat. Karakter juga merupakan internalisasi nilai-nilai yang semula berasal dari lingkungan yang menjadi bagian dari kepribadiannya. Karena seringkali kepribadian dikaitkan dengan karakter seseorang, padahal karakter merupakan evaluasi dari kerpibadian seseorang. Kepribadian merupakan satu-kesatuan nilai yang terorganisir, berbeda dengan karakter yang dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan.

Keutamaan dapat dicapai melalui pencapaian kekuatan karakter. Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri dan orang lain meskipun tidak langsung. Artinya, keutamaan yang dimiliki oleh orang tersebut jika dari nilai moral yang baik dikandungnya, maka penampilan dari ciri itu sendiri akan memberikan energi positif kepada orang lain dan tidak akan mengganggu, atau menghambat orang-orang di sekitarnya. Sebuah karakter juga memiliki karakteristik yang akan muncul pada tingkah laku seseorang dalam rentang waktu yang relatif terhadap situasi dari satu tempat ke tempat lain.

Dalam dunia pendidikan sudah sepantasnya menerapkan pendidikan karakter sampai pada pendidikan tinggi. Salah satunya terdapat pada Universitas Indonesia yang telah menerapkan 9 nilai-nilai dasar yang ditanamkan kepada seluruh civitas akademika Universitas Indonesia, termasuk mahasiswa. Nilai-nilai dasar tersebut diantaranya adalah kejujuran, keadilan, kepercayaan, kemartabatan dan/atau penghormatan, tanggung jawab, kebersamaan, keterbukaan, kebebasan akademik dan otonomi keilmuan, serta kepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada lingkup pendidikan, hal ini dirasa sangat patut disertakan dalam kegiatan pembelajaran. Mengingat karakter dalam diri pribadi setiap orang memiliki keunikan tersendiri dan mempengaruhi terbentuknya suatu bangsa.

Karakter menjadi kecenderungan hal yang dimiliki seseorang dengan berbagai penyusunnya dalam berperilaku. Menurut Peterson dan Seligman (2004) karakter terbagi atas keutamaan dan kekuatan yang membentuknya. Mengingat pentingnya sebuah karkater, tentu dalam dunia pendidikan perlu dianjurkan pengajaran untuk membentuknya karakter yang baik dan kuat. Pendidikan karakter merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang dibutuhkan untuk menjawab kecenderungan perilaku negatif yang marak terjadi saat ini. Dengan adanya pendidikan karakter, usaha pembentukan karakter yang lebih baik akan dapat dengan mudah memungkinkan keadaannya terwujud. Kekuatan karakter ini kemudian akan membantu seseorang dalam berperilaku dan menjalani kehidupannya sehari-hari. Sebuah karakter pula yang akan mempengaruhi terbentuknya suatu bangsa, jika dikatakan demikian, tentulah kita sudah sepatutnya turut serta berkontribusi dalam pembangunan dan berdirinya bangsa. Oleh karenanya, perlu sejak dini kita memulai untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan memupuk rasa kehormatan terhadap sesama dengan berdasarkan nilai yang terkandung dalam Pancasila agar tercipta bangsa yang memiliki karakter yang kuat dan bersahaja.


Berkenalan yuk dengan Ilmu Filsafat!

FILSAFAT DALAM KEHIDUPANOleh Melati Indah Suci, 160xxxxxx


Judul : “Filsafat”
Pengarang : Dr. Fristian Hadinata
Data Publikasi : Buku I MPKT A. Depok: Universitas Indonesia, 14



( Sumber : https://www.satujam.com/sumber-filsafat/ )



Perkembangan zaman telah menuntut berbagai aspek kehidupan untuk semakin maju dan berkembang. Dengan majunya perkembangan zaman saat ini manusia semakin didorong untuk terus berkembang dengan bekal akal fikir yang kritis dan sistematis. Terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, peneliti telah menemukan beragam penemuan baru dalam teknologi maupun pengetahuan. Cara berfikir manusia cenderung berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini didasarkan pada pola fikir dan sudut pandang manusia terhadap permasalahan atau pertanyaan yang dicermati. Perbedaan tersebut akan memunculkan berbagai tanggapan antara setuju atau tidak setuju, dan benar ataupun tidak benar, tergantung kepada konsep dan kepercayaan apa yang dianut oleh manusia tersebut.

Kaitan antara filsafat dan ilmu pengetahuan terletak pada bagaimana cara manusia memandang suatu permasalahan dengan berfikir kritis dan menganalisis permasalahan tersebut. Salah satu cara yang tepat melalui metode dari pengetahuan yang dimiliki, dengan begitu manusia dapat mengimplementasikannya melalui sejumlah argumen yang dapat dikemukakan oleh manusia tersebut. Beberapa cara yang dilakukan tersebut merupakan cara untuk mempelajari tentang ilmu filsafat, yaitu ilmu yang penerapannya dengan cara mengkaji ulang setiap pernyataan atau masalah, dan menganalisisnya untuk menemukan suatu kebenaran. Pada dasarnya, kebenaran yang ditemukan manusia semuanya bersifat sementara, tidak pernah merupakan kebenaran mutlak yang abadi. Kajian ini juga berkaitan dengan penggunaan dan manfaat ilmu pengetahuan, serta pernyataan yang dapat menyatakan apakah analisis ilmiah benar-benar menghasilkan kebenaran yang sesungguhnya.

Filsafat seringkali dikatakan sebagai suatu studi yang tidak punya relevansi dengan kehidupan seharihari. Peran filsafat ternyata ada pada kehidupan sehari-hari, tanpa disadari setiap manusia pasti memiliki kepercayaan filosofis tertentu. Misalnya, kepercayaan yang memiliki konsep bahwa Tuhan itu ada, dan menganut kepercayaan bahwa kejujuran haruslah dipertahankan tanpa memperhitungkan konsekuensinya. Namun dapat dikatakan juga bahwa filsafat dapat digunakan manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala wujud kenyataan secara kritis, radikal, dan sistematisl. Kritis dalam filsafat berarti terbuka pada segala suatu kemungkinan yang baru, memilah dan memberi penilaian terhadap kemungkinan tersebut. Radikal dalam filsafat berarti mengajukan penjelasan dan pemahaman yang mendalam, dengan begitu seseorang dapat memahami persoalan sampai pada akar-akarnya. Sistematis dalam filsafat adalah upaya untuk memahami sesuatu dengan menurut aturan tertentu, runtut dan bertahap, serta hasilnya mengikuti suatu aturan tertentu. Dengan begitu, seseorang akan terus menerus berkembang dan bertambah pengetahuannya dengan berfikir secara filosofis.

Filsafat kerap kali didefinisikan sebagai induk dari ilmu pengetahuan (mother of science) yang merupakan perkembangan lanjut dari filsafat. Filsafat kini berfungsi sebagai disiplin lapis kedua (secondorder discipline) yang tidak lagi menyelidiki realitas secara menyeluruh melainkan sebagai peralatan analitik untuk memeriksa penyelidikan rasional ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pertanyaan yang lebih fundamental seperti “Mengapa semuanya ada?” melampaui kemampuan ilmu pengetahuan untuk memberikan sebuah jawaban.

Filsafat terbagi menjadi cabang-cabang yang memiliki objek kajian khusus. Setiap cabang filsafat memiliki hubungan yang sangat berkaitan erat dan pembagiannya bertujuan untuk mempermudah kita dalam mengkaji filsafat. Terdapat tiga cabang kajian fisafat berdasarkan sistematika permasalahannya, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
  • Ontologi. Studi filosofis yang mengkaji tentang suatu keberadaan, eksistensi, dan realitas. Dalam pegertian itu ontologi dibedakan dengan metafisika atau kajian tentang realitas yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena obyek itu melampaui sesuatu yang bersifat fisik. Secara fisikal, itu tidak tampak namun tetap bisa dijadikan kajian konseptual seperti jiwa, Tuhan, dan sebagainya.
  • Epistemologi. Studi filosofis yang mengkaji hakikat dan mencakup ruang lingkup pengetahuan.
  • Aksiologi. Studi filosofis yang mengkaji tentang nilai-nilai dalam etika atau perilaku yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika (kebaikan perilaku) dan estetika (nilai-nilai keindahan atas realitas).


Fitur utama dari filsafat adalah mengevaluasi argumentasiargumentasi (evaluating arguments). Pemahaman ini dapat dicapai dengan terusmenerus bersedia mengajukan pertanyaan dan memperdebatkan ide yang kita miliki mengenai keduanya (Donald, 2006). Artinya, argumentasi menjadi dasar yang lengkap dari sebuah proses penalaran dan berbeda dengan sebuah eksplanasi. Menurut Baggini dan Fosl, aturan umum untuk membedakan keduanya adalah agumentasi merupakan upayan untuk mendemonstrasikan bahwa (that) sesuatu itu benar, sedang eksplanasi merupakan sebuah upaya untuk menunjukkan bagaimana (how) sesuatu itu benar.

Berpikir secara filosofis dapat sangat menyenangkan jika kita mencermatinya dengan kebijakan, tetapi hal itu juga dapat sangat menganggu. Ketika kita mulai berpikir secara filosofis itu berarti kita berpikir tanpa menggunakan sebuah jaring pengaman dan pijakan kokoh. Namun dengan berpikir secara filosofis dapat memicu pemahaman kita untuk lebih mendalam dan mendasar. Seseorang juga dapat memperoleh kemampuan menganalisis, berpikir kritis dan logis sehingga ia mampu juga berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis juga membuat orang dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin secara tertata. Sehingga seseorang dapat terus menerus menambah pengetahuannya. Di sisi lain, berpikir filosofis juga memberikan kesadaran mengenai keterbatasan pengetahuannya, masih banyaknya hal yang belum diketahui membuat orang menjadi rendah  hati, terbuka, dan siap untuk memperbaiki pengetahuannya. Dengan demikian, berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatankekuatan yang dikandungnya. Filsafat menjadi sebuah alasan untuk jawaban atas pertanyaan analitik yang menyeluruh dan melampaui ilmu pengetahuan, hal ini didasarkan pada filsafat yang sangat berhubungan dengan makna dan konsep. Artinya, filsafat hadir dengan ilmu yang mengkaji pemahaman khusus diluar dari ilmu pengetahuan yang dapat diteliti secara realitas dengan berbagai penelitian nyata, filsafat mendorong seseorang untuk berpikir lebih dalam, menganalisa suatu pertanyaan atau permasalahan yang dikaji secara berulang-ulang, serta menghubungkan serangkaian gagasan untuk memperkuat dan meyakini atas pengetahuan baru melalui argumentasi yang telah dikemukakan. Dengan begitu, pengetahuan baru akan semakin berkembang dan bertambah secara tertata oleh kajian-kajian yang dilakukan dari sebuah evaluasi pengetahuan lama. Dalam memahami literatur filsafat, kita dilatih untuk berpikir secara luas dan menyeluruh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berfikir secara filosofis merupakan salah satu cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan kekuatan-kekuatan yang dikandungnya.

LAMAN

I find myself in the middle of a storm : Thank you pandemic

  Tahun 2020, adalah tahun dimana kita dan semua manusia di Indonesia, ikut merasakan stage baru. New stage level of life: :/pandemic . Sa...